Sabtu, 30 Juli 2016

Bye Stase Obsgyn

29 Juli 2016, berakhir sudah stase Obsgyn yang berdurasi sepuluh minggu ini. Alhamdulillah kami para alumni koas obsgyn sudah lumayan jago menghadapi ibu-ibu hamil. Pokoknya, kalau ada ibu-ibu hamil yang mulai tidak tahan untuk tidak mengejan, sudah sangat kebelet BAB, dan wajah serta badannya dipenuhi keringat yang mengucur deras karena kesakitan, waspadalah, jangan-jangan bukaan lengkap dan bayinya sudah mencep-mencep keliatan di depan lubang kemaluan. Kalau sudah gitu, tinggal siapkan set partus, set jahit, lampu ginekologis, pasang underpad dibawah pantat si ibu, siapkan kendil untuk wadah ari-ari, siapkan kain menerima bayi, baju bayi, dan baju ganti ibu, lalu pimpin ibu mengejan. 
"Bu/Mbak, kalau terasa kenceng-kenceng, kakinya ditekuk di samping perut, tangannya ngrengkuh paha dari dalem, ibu/mbak ndingkluk, dagu nempel ke dada, ambil napas panjang terus didenke ning ngisor koyo eek!"
"Kenceng Bu/Mbak? iyak, ngeden Bu, ngeden bu, sing rosa, ning ngisor ngedene. Koyo eek bebelen." 
lalu si ibu pun mulai mengejan sesuai instruksi bidan dan koas.
" Yuk. Iyak, pinter. Pinter banget. Pinter banget. Sambung. Sambung terus. He eh. Terus, terus. Kencenge ilang? Yo, ibuk e istirahat sek, astane diluruske (istirahat dulu, tangannya diluruskan)."
Karena kontraksi rahimpun juga ada jeda sebentar, tapi makin lama makin lama durasinya dan jedanya makin sebentar. Kalau kok kontraksinya malah jadi jarang, maka itu tugas koas untuk masukkan oksitesin setengah ampul ke botol infus si ibu.
"Kenceng ? Yo bu didenke seng rosa. Lho, buu, ojo neng weteng ngedene. Ning ngisor koyo eek bu, bebelen." Ketika sang ibu mulai bosan mengejan dan seperti asal-asalan mengejan. Bu bidan pun mulai mengingatkan. koas obsgyn yang sudah senior pun juga tahu kapan si ibu mengejannya betul, kapan salah, terasa sih. Kalau mengejannya betul, kepala bayinya akan maju-maju terdorong keluar.
Dan pada akhirnya kepala bayi sangat-sangat menyembul dari lubang kemaluan ibu. Para bidan dan koas pun dengan semangat 45 menyemangati si ibu supaya makin joss dalam mengejan, "Yo, buu, wes neng kene ki bayine njenengan, ayo, ayo, sithik malih. Ayo buu!!" Dan sruut, keluar lah kepala bayi mungil itu. Tangan penolong pun menangkap kepala bayi, menuntun jalannya putaran paksi kepala, mengeluarkan bahu depan dan belakang bayi, susur punggung, hingga seluruh tubuh bayi terekspulsi seluruhnya dari jalan lahir. Pekerjaan selanjutnya adalah melahirkan plasenta bayi dan memperbaiki robekan yang terjadi selama proses persalinan.
Alhamdulillah selama 6 minggu saling bertebaran di penjuru Jateng-DIY, kami mendapat ilmu yang sangat berharga. Betapa hal yang sangat perlu saya syukuri karena mendapat kesempatan belajar di RSUD Muntilan dan terutama di RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara. Terimakasih kepada dr Harry Sasongko, SpOG, dr Heriyono SpOG, dr Nungky Nugroho Wibisono SpOG, dr Susanto Rahmat Nugroho SpOG untuk ilmu dan bimbingannya, serta untuk para bidan yang sangat murah kompetensi: Mbak Dinar, mbak Fera, mbak Othy, mbak Hela, bu Lala, mbak Via, mbak Devi, mbak Melly, dll, juga kepada para pasien yang rela diperiksa dan dipartusin sama koas-koas yang baru belajar ini. Tanpa pasien, apalah seorang koas, tidak bisa menjadi dokter tanpa belajar dari pasien. Saya hanya berdoa, semoga para ibu yang saya bantu persalinannya maupun para bayi yang lahir di tangan saya kelak sehat dan tidak mengalami masalah kesehatan karena kesalahan saya. 
Alhamdulillah karena sudah stase obsgyn pula, kami yang sebelumnya tidak berani angkat-angkat bayi baru lahir, sekarang udah jago gendong bayi. Bahkan tanpa bedongan dan selimut bayi pun kami sudah bisa gendong dedek-dedek emesh baru lahir itu. Pakein baju, popok juga udah bisa. Tinggal masalah jam terbang aja yang kudu dibanyakin. hehe. Dengan berakhirnya stase obsgyn, sepertinya saya akan merindukan saat-saat melihat dan menggendong mereka setiap hari. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar