Kamis, 21 Januari 2016

'Sekolah' Jalan Raya

Jalan raya,
Adalah kebenaran umum jika setiap hari kita pasti ke jalan raya. Iya kan? Seperti yang telah kita semua ketahui, di jalan raya itu bergumul banyak kendaraan bermotor. Bercakap-cakap dengan deru suara mesin masing-masing. Bernapas dengan embusan karbon-karbon yang kadang nampak jelaga kehitamannya. Dahulu, berpuluh tahun lalu, mungkin jalan raya belum seceria sekarang yang telah penuh tawa canda klakson kendaraan. Ramai, semakin sesak dengan arus kendaraan yang tak henti-hentinya mendesak dari belakang, kanan, maupun kiri. Tapi tapi tapi, di jalan raya lah kita mesti banyak berlatih. Berlatih, bukan sekedar berlatih teknik menyetirr. Not that. Namun berlatih tentang kesabaran, mengalah, berjiwa besar, dan sopan santun. Bersabar ketika antrean lampu merah panjang mengular. Mengalah bila tetiba ada sirine ambulans mendekat untuk menyibak barisan kedaraan. Berjiwa besar saat ditikung dari kanan dan kiri seolah tak dianggap ada, namun tetap memaafkan si penikung seketika. Juga menjaga sopan santun dengan sesama pengguna jalan. Berikan kesempatan dahulu pada mereka yang berjalan kaki, lalu pada yang bersepeda, sepeda motor, dan selanjutnya. Janganlah anggap mereka yang berkendaraan itu sebagai 'kendaraannya'. Mereka jugalah manusia yang wajib kita jaga keselamatan dan kehormatannya, jangan lah abai pada hak-hak mereka itu. Pun sebaliknya, bila ada yang memperlakukan kita dengan baik di jalan, abai lah. Gunakan indera berbaik sangka kita. Mungkin dia lalai. Mungkin matanya kelilipan debu sehingga oleng setirannya seolah hendak menikung kita. Mungkin dia lelah semalam tidak tidur karena lembur. Ya, selalu ada celah untuk berbaik sangka. Lalu maafkanlah. 
Jalan raya adalah salah satu tempat kita belajar menajamkan kebaikan hati serta menumpulkan ego, bukan sebaliknya. Oleh karena itu jangan sampai tertukar olehmu akan keduanya. Setidaknya, niatkan untuk tidak menukarnya. Tuhan pasti mengerti hatimu. Sekian.


Yogyakarta, 21 Januari 2016
Selepas beradu dengan angin jalan raya

Rabu, 20 Januari 2016

Wisuda


Tadi kebetulan aku harus ke kampus untuk mengurus sertifikat PPSMB. Dan tidak sengaja ternyata hari ini bertepatan dengan hari widusa pascasarjana dan wisuda dokter spesialis. Baju toganya beda sih, dan tampak somehow lebih gloomy karena ada juntaian kain tambahan di belakang leher. Suasana wisuda mereka amatlah berbeda dengan suasana wisuda S1 dan vokasi. Banyak dari kalangan keluarga wisudawan-wisudawati, dan juga krucil-krucilnya. Maklum saja mereka sudah berumur lebih dari kami yang masih S1 ini. Tidak banyak orang lah pokoknya, dan mungkin karena tidak banyak orang itulah tiba-tiba aku merasa tertegun. Deg. That sacred event... Wisudaaa oh men!! Bukan masalah saya baper mengenai wisuda pascasarjana saya akan dihadiri oleh siapa kelak, not thaat for sure.  It is really heart-touching moment. Pemandangan tersebut membuat saya terharuuu. Wisuda is not just a symbolic ceremony. Maknanya amatlah dalam. Wisuda merupakan saat-saat mereka (para mantan mahasiswa) dilepas ke masyarakat untuk menerapkan amanah ilmu yang telah mereka terima di bangku kuliah mereka. Nilai amanahnya besar, dimana setelah itu akan ditentukan kebermanfaatan ilmu mereka bagi khalayak. Tak terasa ada sedikit bulir air mata  bertengger di ujung mata. Teringat akan amanah yang diemban dari ilmu yang saya dapat ini. Maaf yaa. Hanya saja, saya sedang sedikit merasa diingatkan lagi untuk amanah yang akan diembankan pada profesi saya kelak. Ya Allah, semoga Allah senantiasa membuat saya ingat untuk apa ilmu ini saya dapatkan.

Yogyakarta, 19 Januari 2016
Lima bulan sebelum wisuda S1 insyaAllah

Revisi, 11 Maret 2016
Dua bulan sebelum wisuda S1, insyaAllah

Pindah


Baru sebulan ini ada suatu gebrakan baru di keluarga saya. Pindah rumah tinggal ! Begini, jadi pindah rumah tinggalnya aja, rumahnya tetep di tempat lama. Rumah yang lama dibuat jadi lokasi kerjanya Bapak (yang semakin penuh saja rumahnya) dan rumah yang kutinggali sekarang adalah rumah kontrakan. Rumah kontrakan ini nggak jauh sih dari rumah kami, cuma berjarak 200 meter-an ke selatan, masih di kelurahan yang sama, hanya saja beda RT RW. 
Akhirnya pada usia yang tahun ini akan menginjak tahun ke-22 nya, aku ngerasain yang namanya berpartisipasi aktif dalam pindahan rumah. Sebelumnya, keluargaku sudah pernah pindah rumah sebanyak empat kali sih, tapi empat kali pindah rumah itu pula terjadi waktu aku masih kecil, terlalu tidak mudheng apa-apa untuk sekedar membantu. Setelah merasakan sendiri, ternyata, capek juga ya. Huft.
Ibroh yang aku dapatkan dari kegiatan perpindahan rumah itu, salah satunya adalah bahwa dunia ini hanya tinggal sementara, apalagi yang namanya rumah di dunia. So janganlah terlalu cinta pada dunia, because it will left you behind. 

Sabtu, 09 Januari 2016

Sebuah Catatan Penghujung Masa S1

Bismillah. 

Tulisan ini dibuat saat kabut fajar sedang menari-nari diluar, meminta disegerakan datangnya mentari yang perlahan mengubahnya sosoknya menjadi sorak-sorakan awan di langit, memutihkan kecerahannya. 
Juga di saat ini, embun-embun yang masih perawan itu, sedang berkilauan di ujung-ujung rerumputan.
Bak manik-manik di kehijauan hamparannya.
Amboi,
Sudah hampir habis masa S1 saya.
Akan segera tergeser oleh datangnya babak baru dalam hidup saya yang disebut sebagai 'ko-ass'
Sebegitu singkatnya kah?
Tak kusangka sekilat itu sejak pengumuman SNMPTN jalur tertulis resmi dirilis pada 6 Juli 2012 lalu.
Ah sudah tiga setengah tahun.
Masih ingat  dulu masih malu-malu bahagia ketika awal masuk ke kampus saya di jalan Farmako.
Masih ingat dulu saya sering kesasar di fakultas sendiri, sekarang saya sudah punya rute favorit sendiri untuk menuju ruang kuliah, KPTU, bursa, gedung radioputro. hehe
Masih ingat ketika dulu saya dan teman-teman saling 'add friend' di akun FB masing-masing, berharap bisa saling memberi dukungan dan meringankan beban kawan saat masalah datang.

Amboi,
Betapa pentingnya peran kelompok tutorial kala itu (hingga kini sih)
Belajar kelompok, saling mengingatkan, menyemangati, dan diam-diam saling bersaing. hehe.
Menggila bersama kawan menghapal nama-nama tulang dan landmark-landmark di permukaannya. Hingga kemudian materi tulang-tulang berganti jadi materi jantung dan pembuluh. Lalu jantung dan pembuluh berubah menjadi usus-usus. Lalu begitu seterusnya hingga akhirnya tak terasa 6 kali 7 minggu kami tutorial 23 bersatu dalam keadaan kebersamaan.

Di tahun kedua, saya sudah tak sekelompok dengan sembilan teman kece saya dari keluarga cemara. Tahun kedua is another great academic year on my ownOne of the most kece-est campus year ever
Mengenai nilai-nilai tentang kehidupan, di tahun kedua inilah saya mulai merasa ada sesuatu yang perlu diubah dari diri saya secara keseluruhan. Itu dimulai dari pakaian. 

Jika sebelumnya saya merasa cukup syari dengan celana kain yang longgar, entah mengapa saya merasa butuh untuk menggantinya dengan rok dan rok dan rok. Dan jika sebelumnya saya merasa cukup dengan kerudung sepanjang iga costa-10 dan selebar procesus coracoideus, entah mengapa sejak tahun kedua saya merasa butuh dan merasa lebih aman untuk mengulurkannya lagi dan lagi hingga beberapa sentimeter lebih distal. Memang sebelumnya sudah ada wacana untuk lebih mensyar'i kan penampilan, walau awalnya tidak berencana seawal itu. Berbenah jati diri lagi dari awal agar sekiranya sesuai apa yang Sang Khalik kriteriakan sebagai orang yang berada di Jalan-Nya dan mensetting goal. Betapa bersyukurnya saya karena Allah atas kehendak-Nya yang MahaAgung memfasilitasi perubahan saya dengan teman-teman sekelompok tutorial yang kondusif untuk perubahan yang lebih baik di Jalan Allah. Tutorial empat !! Tidak kalah seru dengan kelompok 23 alias Keluarga Cemara. Sayangnya, kebersamaan kami di ruang tutorial berkurang 6 minggu jika dibandingkan dengan durasi di tahun pertama karena sejak tahun kedua itu ada pemangkasan durasi blok menjadi 6 minggu per blok. My second year was definitely another year not to ever forget.

Sedangkan tahun ketiga, nah ini nih. Merupakan saat penggodogan saya dengan nilai-nilai kenyamanan di tahun kedua yang berbeda dengan nilai-nilai secara umum bagi teman-teman di tahun ketiga. Di saat itu sepertinya idealisme saya semacam diuji, hehe. Tapi yang pasti teman-teman tahun ketiga ini luar biasa sekali. Terdiri dari tujuh perempuan dan tiga laki-laki. Dalam sepuluh orang itu ada enam asisten lab! Kelompok yang sangat rajin mengerjakan tugas kelompok. Kelompok yang suka wacana, hehe, sampai-sampai judul grup ini di line adalah 'Tutorial 19 Antiwacana'. Saking lelahnya kita gagal mewujudkan wacana. Wacananya apa.. banyak sekalii, mulai dari makan-makan setelah selesai kuliah (yang tersering gagal), sampai camping bersama di pegunungan dan di pantai (luar biasa wacana. wkwk). Setidaknya ada satu dua agenda besar (jalan-jalan ke Semarang dan menyusun tema foto kelompok untuk buku tahunan) yang berhasil dilaksanakan atas komitmen terkuat kami kali itu.Kelompok 19 adalah kelompok saya selama 8 blok. Lama bukan? Hampir satu selama satu setengah tahun, sejak tahun ketiga hingga pertengahan semester tujuh di tahun keempat. It was just another wonderful year :)

Di tahun ketiga itu pula lah ketegaran diri juga diuji. Ketika teman-teman lain sudah punya penelitian dan satu persatu mulai ambil data, saya bahkan baru ada penelitian di liburan semester ganjil, kurang lebih dua belas bulan yang lalu. Di tahun ketiga ini satu persatu teman-teman menyelesaikan skripsinya dengan pendadaran. Ketika ada teman yang pendadaran, hati rasanya bahagia sekali, sekaligus miris dengan diri sendiri, "kapan le rampung yo skripsiku". Begitu kira-kira :) 

Dan kemudian saya pun harus kembali beradaptasi dengan kelompok baru untuk blok elektif. Sekedar pembaca yang budiman tahu, kami mahasiswa FK tiap semesternya mengisi KRS online dengan sistem paketan. Maksud saya, dalam satu semester di setiap semesternya, kami sudah ditentukan blok-blok apa saja yang harus kami ambil. Tidak pernah ada sensasi 'portal combat' seperti yang dialami oleh teman-teman selain fakultas klaster kesehatan (FK, FKG, Farmasi).  Akhirnya, kami baru bisa memiliki portal kombat sendiri untuk blok elektif di akhir masa perkuliahan S1, lebih tepatnya blok terakhir dari 21 blok tersedia,. Setelah perhelatan alot bersama internet cepat, server down, dan laptop yang setia menemani sejak tiga puluh menit sebelum jam 00:00 dini hari, akhirnya saya mendapatkan dua modul elektif yang saya inginkan. Modul yang saya ambil adalah Vector Control in Public Health Importance (disingkat 'vektor' saja) dan Herbal Medicine and Phytopharmaca (disingkat 'Herbal' saja). Masing-masing berjalan selama tiga minggu secara berurutan sehingga total durasi blok elektif dari termin satu hingga termin dua adalah enam minggu. Blok elektif diwarnai dengan teman-teman baik nan seru dan bijak untuk diajak berbagi dan diiringi dengan ilmu-ilmu  baru yang insyaAllah aplikatif untuk kehidupan sehari-hari. Dan pada akhirnya blok elektif itu kemudian sekaligus menutup rangkaian perkuliahan di tingkat strata satu saya. Hiks tidak terasa saya benar-benar sudah di penghujung masa S1. Entah mengapa kuliah terasa jauh lebih singkat daripada SMP dan SMA. 

Setelah selesainya blok elektif, datanglah waktu cukup luang untuk mengerjakan revisi skripsi dengan lebih fokus. Gangguan? Banyak sekalii. Luar biasa banyak. Butuh tekad kuat sekali untuk memfokuskan diri tenggelam bersama laptop dan jurnal-jurnal. Butuh kuat begadang. Butuh kuat lihat layar laptop dan duduk berjam-jam. Efeknya adalah kepala cepat menjadi pusing, mata cepat lelah, dan kaki menjadi bengkak. Tapi semua kelelahan itu terbayar karena pada akhirnya dosen pembimbing dan penguji saya menawarkan satu tanggal untuk ujian skripsi. 

Ujian Skripsi: 5 Januari 2016
Sebenarnya ini sedikit mundur dari target awal yang saya tetapkah yaitu di akhir tahun 2015. Tapi ya apa boleh buat, sepertinya memang harus sedikit mundur demi kebaikan yang lebih banyak. Ujian skripsi saya dilaksanakan dengan tertutup. Artinya, hanya ada empat orang yang boleh masuk di ruang ujian: mahasiswa yang ujian, dua dosen pembimbing, dan satu dosen pakar. Ujian skripsi ini semacam babak final dalam perhelatan akhir tahun. Disitulah tulisan saya dipertarungkan secara tunggal. Disitulah pemahaman saya diuji. Alhamdulillah tim dosen saya menerima skripsi saya dan menyatakan saya lulus ! Revisi tetap ada tentu saja. Saya pun diberi batasan waktu satu pekan untuk menyelesaikan revisi skripsi. Satu hal yang terjadi setelah pendadaran adalah saya merasa plong sekali. Seperti sebuah beban besar telah dikeluarkan.

Tampaknya kini saya telah berada diujung tulisan ini . Inilah singkatan sederhana mengenai tiga setengah tahun yang saya alami di kampus tercinta. Tiga setengah tahun tentang susah, bahagia, sedih, tegang, khawatir, dan lain sebagainya. Tiga setengah tahun yang insyaAllah akan menjadi pijakan untuk langkah-langkah kedepan yang akan saya ambil. Tiga setengah tahun dimana nilai-nilai lama yang dirasa kurang tepat tergantikan oleh nilai-nilai baru yang sekiranya lebih tepat. Tiga setengah tahun dimana teman menjadi sahabat yang terasa seperti keluarga. Kalau sahabat yang menjadi keluarga sih ..... ahahahaha. Only God knows.

*Yogyakarta, 9 Januari 2016
** Di tengah pengerjaan revisi skripsi dan belajar OSCE compre
*** Salam sukses dariku untuk kalian semua !!