Sabtu, 17 Mei 2014

Moments from Indonesia-Thailand Friendship and Cultural Exchange Program part one

Thailand, you are now my second country. The story is very long. It started when I apply for ITFCP in the final application day, February 28th 2014. March, 1st, I got a message to go to the 2nd test. It was not easy because I had to get down from Jambore SAR in Turgo, near Kaliurang. So in that day, I went uphill, downhill, and uphill again. The test was interview and art performance. The interview, as usual, had the typical interview questions, like what is your profile, good side, bad side, and what makes them have to accept you, but answering these question is always not typical.
Surprisingly, March 4th, I got message that I am accepted to the exchange program. I was really happy, and I told my mum first. So from that time, I have some preparations for my exchange. It should be my first experience go abroad.
After finishing permission documents from the faculty, at last I flew to Bangkok, from Soekarno-Hatta Airport to Don Mueang Airport. The flight was troubled a little with the air conditioning system, it was coming back to Jakarta to fix the problem. My arrival to Bangkok was delayed. My friends had been waiting for my group flight for so many hours. After that, we had lunch at a halal restaurant, first lunch abroad !! Cannot be forgotten, insyaAllah :) From the first lunch I knew some Thai words, like nam yen (cold water), nam (water), and nam ron (warm water). I ate clear tom yam, un yen (acar version bihun), cap cay, chicken, and egg. We also sholat there.
After lunch, we went to Bee honey farm. They served us honey drink and chocolates, hmm I liked it very much.
Then we headed to Terminal 21 Mall. Each floor of this mall has a unique characteristic from some countries, like Italy, Japan, England, France, USA, Turkey, and Hawaii. I was with Devie went around the mall. We took so many picture as we could. Sadly, my camera battery was low and we had to use Devie's. Terminal 21 visit end at 18.30 Bangkok local time. At that time, the sun was on the north hemisphere, so at 18.30 right then, was still so bright, and had not turned to maghrib yet. About maghrib time, I didn't hear any adzan.  Surely, because muslim's small number there, only contribute for 10 % citizen. But, as long as I saw people there, I often saw women dressed muslimah, with scarf on their head. (Then I felt the 'trenyuh' feeling of finding the same people like me in distant city where I am not a part of majority. Trenyuh is javanese word of a feeling combination of happy because your heart has been touched, and when your heart are full of trenyuh feeling, your tears can run through your eyes because of your happiness. For example: Trenyuh is the feeling when you hear epic story contains huge moral value you can crying to it. )

sementara ini cukup sekian ya..
maaf sepenggal-sepenggal nulisnya.. 

Minggu, 13 April 2014

Di Nol Kilometer Kota Jogja, Berjualan Bunga Mawar

Ba'da isya di area Monumen Serangan Umum 1 Maret
Jalan Malioboro, Yogyakarta

Ramai sepanjang jalan. Orang berlalu lalang, tiada henti aliran manusia di sepanjang trotoar itu. Aku yang tadinya berjalan terus, sejenak berhenti, memperhatikan sekitar. Sebagian besar manusia-manusia di sekitarku ini muda-mudi, usia remaja dan dewasa awal. Kebanyakan diri dari mereka itu perempuan dan laki-laki yang mengikrarkan diri sebagai 'pasangan' yang berpacaran. Ramai nian, semoga dagangan malam ini habis terjual, batinku. Sebenarnya bukan cuma aku dan teman-temanku saja yang menjajakan bunga malam ini, ada juga kelompok-kelompok dari kepanitiaan atau komunitas lain yang berjualan bunga juga. Agak kurang cerdas memang, kami jadi bersaing satu sama lain, memperebutkan ladang hamparan calon pembeli mawar-mawar sederhana itu. Jangan sampai mereka keburu membeli mawar milik yang lain, pada dasarnya begitu prinsip berjualan malam ini.

Aku lebih senang menjual kepada anak-anak muda. Aku lebih suka meminta mereka membeli untuk diberi pada yang terkasih di rumah, siapa lagi kalau bukan orang tua mereka. Ah, tapi nampaknya mereka lebih setuju dengan ide memberi untuk 'pacar' mereka. Satu lagi, aku juga senang menjual pada bapak-bapak, untuk yang dirumah (istrinya) kataku, tapi sepertinya mereka lebih suka membelikan tas atau sepatu untuk istrinya di rumah. Ya sedih juga sebenarnya kalau ditolak calon pembeli seperti itu, tapi bagaimanapun juga, aku tak boleh merautkan wajah kecewa di wajah. Harus tetap tampak senang dan optimis untuk bunga-bunga ini. Kasihan teman-teman yang berjualan setim denganku kalau aku cemberut dan lemes, nanti mereka ikut-ikutan meloyo lagi.

Pokoknya tema malam ini adalah optimis. Seoptimis matahari siang yang tetap menyinari bumi apapun yang terjadi sampai senja tiba. Optimis mawar-mawar itu laku habis terjual malam ini juga. Setiap ada orang-orang yang tampak potensial sebagai pembeli, kami tawari dia. Berapapun usianya. Sesekali ada pula yang beli, misalnya seorang mas-mas yang dari gerak geriknya seperti akan 'nembak', menyatakan 'tresno'nya pada mbak-mbak gebetan alias calon pacarnya. Awalnya dia menukarkan selembar uang sepuluh ribunya dengan setangkai mawar putih. Kemudian dengan gaya yang dibuat cool dia berjalan menjauhi kami, menuju ke seseorang, dan dengan menyembunyikan mawar itu di balik tubuhnya. Lucu, caranya terlalu sinetron, kurang romantis walau saat itu belum lama sejak hujan berhenti turun. Kalau mau romantis jangan tembak dia sebagai pacar, tapiii.. ya semoga kalian sudah tau jawabannya.

Aku lebih suka lagi kalau barang yang dijual itu gelas-gelas lucu, stiker, pin, kaos, atau apalah selain bunga-bunga itu. Lebih awet, bisa dijual besok dan besoknya lagi tanpa takut layu. Lagipula pemandangan jualan bunga di nol kikometer ini itu-itu saja. Ratusan 'pasangan' muda-mudi atau gerombolan wisatawan dari luar Jogja. Yang lumayan menarik itu kalau melihat sebuah keluarga, ayah ibu anak, atau pasangan-pasangan lanjut usia. Kecuali satu ini, waktu menawarkan mawar ke satu pasang, perempuan berjilbab dan pacarnya, mereka bergandengan tangan.

aku: "Mas, Mbak, (sambil menampakkan wajah bahagia), bunga mawarnya"
mas&mbaknya : (senyum, lanjut berjalan)

Setelah itu, baru aku sadar. Itu bukan pacaran biasa. Lihat, kerudung mbaknya besar, menutupi lengan, dan dirangkap dua. Itu seperti bukan pacaran biasa. Itu tampak seperti, hmm, pacaran yang sudah ada buku legal dari negara dan telah melalui proses yang disebut sebagai ijab qobul. Zinggg. Di depanku, mbak Tanti dan mbak Probo, kami cuma saling berpandangan. Sama-sama mengerti kode ketakjuban di pandangan masing-masing. Sama-sama takjub dengan keberanian dua manusia yang sebaya kami itu untuk melangkah lebih dulu. Sayang sekali, sejoli yang sangat meyakinkan ke-sah-an status pasangannya itu cuma lalu, senyum, dan tidak membeli mawar kami.

Lanjut berjualan, kami mengelilingi area simpang empat nol kilometer kota Jogja, sesekali mampir melihat atraksi-atraksi sekitar. Ada kumpulan 8-10 orang penari tarian Papua, ada 4 orang yang berkostum tentara keraton yang unik, ada kelompok hantu-hantuan yang didandani seram betul, dan ada juga mas-mas yang bawa ular jinak, bisa dipinjam-pinjam tanpa khawatir tergigit. Yang terakhir itu, favorit temanku, mbak Tanti, bahkan ia sempat menggendong ular itu. Lanjut berkeliling area, sesekali kami bertemu temang-teman penjual bunga dari komunitas lain, malah bercanda untuk bertukar dagangan. Ada-ada saja. Kadang kami juga berpapasan lagi dengan orang-orang yang kami tawari tadi. Bahkan sejoli yang meyakinkan tadi. Ah, lihat, mbaknya pegang bunga sekarang. Tetap bergandengan tangan. Akhirnya mereka beli bunga juga, walau bukan di kami. Ya memang bukan rejeki kami, biarlah.

Dan petualanganku berjualan malam itu harus berakhir lebih cepat dari yang lain. Sudah hampir jam sembilan. Sudah saatnya pulang ke rumah Ibu-Bapak, kembali ke jangkauan mereka setelah seharian beraktivitas di luar. Dan akhirnya, tiada rasa selain syukur untuk kesempatan ini, masih dipercaya oleh-Nya untuk bersama Ibu-Bapak, dan menemani mereka. Tak boleh disia-siakan.

Dan inilah cerita malam ini. Masih terngiang dengan pasangan yang tadi. Tapi, sudahlah, daripada dipikirkan terus, lebih baik memantaskan diri sebagai seorang hamba Allah yang baik dulu. Memantaskan diri untuk pakaian muslimah yang aku kenakan. Memantaskan diri menjadi anak yang baik bagi kedua orangtuaku yang luar biasa. Memantaskan diri menjadi warga negara generasi Indonesia yang jaya. Ya, itu. Jangan berpikir aneh-aneh dulu, luruskan niat. Ikhtiar dengan sebaik-baiknya usaha. Luruskan niat lagi. Dan jangan lupa berdoa pada sang Khalik agar senantiasa dilindungi dan dibimbing-Nya. Aamiin yaa rabb.


Sampai jumpa.
^^



Rabu, 02 April 2014

Pagi Itu Indah Ya ?

Pagi itu indah. Sudah jelas bagiku, pagi itu indah. Lihat, kapan lagi kita bisa melihat berondongan semangat para manusia ini sehebat di pagi hari. Serdadu-serdadu pagi beranjak dari kenyamanan kediamannya untuk menjemput janji-janji masa depan yang lebih baik: di sekolah, di kampus, di tempat kerjanya. Diantara sekian banyak adegan pagi serdadu itu mungkin ini salah satu favoritku. Kekuatan cinta yang hebat. Cintanya orangtua ke anak-anaknya. Aku lihat adegan ini di jalan. Ini adegan tentang orangtua yang mengantar anaknya ke sekolah. Rupanya cinta hebat ini membuat para orangtua rela meluangkan banyak waktu di pagi hari mereka untuk mengantar buah hatinya ke sekolah. Begitu setiap hari. Begitu terlihat rela dan ikhlas menjadi ojek anak-anaknya.Terlihat indah dan semakin melengkapi keindahan pagi, apapun yang terjadi.

:)

Yogyakarta, 2 April 2014
Ketika sedang mempersiapkan esok pagi,
Yang berbahagia,


Fatimah Ayu Nuraeni

Sabtu, 22 Februari 2014

Tentang Tidur : NREM & REM

Saat tidur, tubuh kita beristirahat dan mengembalikan level energinya. Tidur memengaruhi keadaan fisik dan mental. Tidur malam yang baik sering menjadi cara yang terbaik untuk berdamai dengan stres, masalah, dan bahkan sembuh dari sakit.

Apa yang terjadi saat kita tidur ?
Tidur memiliki dua keadaan umum yaitu REM(Rapid eye movement) dan NREM(nonRapid eye movement). Satu siklus tidur yang lengkap diawali dengan tidur NREM yang terdiri dari 4 tahap, dan tidur REM. Berikut penjelasannya.

NREM

Tahap 1 : Pada pembacaan tidur (polisomnografi), tubuh mengalami penurunan aktifitas sebelum memasuki tidur tahap 1. Pada tahap 1 tidur, mata sudah tertutup, orang dapat terjaga dengan mudah, namun mereka seringkali tidak merasa bahwa mereka sudah tertidur. Tahap 1 ini berlangsung selama kurang lebih 5 hingga 10 menit. Sensasi terjatuh yang menyebabkan kontraksi otot tiba-tiba (hypnic myoclonia) terjadi pada tidur tahap 1 ini.

Tahap 2 : Ini merupakan periode tidur ringan (light sleep), dari pembacaan tidur (polysomnographic) dapat terlihat puncak dan lembah gelombang yang intermiten. Gelombang-gelombang tersebut menunjukkan periode spontan tonus otot yang berkombinasi dengan relaksasi otot. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Pada tahap 2 ini tubuh sedang menyiapkan dirinya untuk memasuki tahap tidur dalam (deep sleep)

Tahap 3 dan 4: Merupakan tahap tidur dalam. Tahap ini dinamakan juga dengan tidur gelombang rendah atau tidur delta (slow wave or delta sleep). Jika orang terbangun pada tahap ini, mereka akan mengalami rasa disorientasi pada menit-menit awal.

Selama mengalami tahapan-tahapan tidur NREM, tubuh memperbaiki dan meregenerasi jaringannya, membangun tulang, dan otot. NREM juga cenderung menguatkan sistem imun tubuh. Semakin bertambah tua, orang akan lebih mudah masuk ke tahapan-tahapan tidur dan mengalami lebih sedikit tidur dalam.

REM

Biasanya tidur REM terjadi 90 menit setelah tidur tahap 1. Tidur REM periode pertama umumnya berdurasi 10 menit, yang kemudian akan memanjang seiring dengan pengulangan tahap tidur REM dalam satu tidur, REM yang paling akhir dapat mencapai 1 jam. Polisomnogram menunjukkan pola gelombang otak saat tidur REM mirip dengan saat terjaga. Pada orang-orang tanpa kelainan tidur, denyut jantung dan laju pernapasan meningkat dan tak menentu. Seperti namanya, rapid eye movement, pada tahap ini bola mata bergerak cepat ke berbagai arah.

Mimpi yang kuat terjadi saat tidur REM sebagai akibat aktivitas otak yang meningkat, tapi otot-otot sadar yang utama mengalami kelumpuhan. Tahap REM merupakan kombinasi antara tingginya aktifitas otak dan imobilitas muskuler. Nah, karena inilah tidur REM juga disebut tidur paradoksikal.

Kebutuhan tidur setiap orang bervariasi, tergantung banyak faktor, salah satunya adalah usia. Bayi biasanya membutuhkan 16-18 jam tidur per hari, remaja membutuhkan 9 jam. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan 7-8 jam tidur per hari.

Jika seseorang kekurangan tidur, ia dapat mengalami gangguan berpikir dan mengingat, depresi, penurunan respon imun, kelelahan, dan peningkatan rasa nyeri.

Disadur dari http://www.webmd.com/sleep-disorders/excessive-sleepiness-10/sleep-101?page=2

Sabtu, 08 Februari 2014

Not Coincidence. No It's Not. (Mom and Dad)

Mommy, Daddy, ah bukan, itu bukan panggilan sayang untuk kedua orang tuaku. Aku memanggil mereka Ibu dan Bapak, sama seperti Bapak Ibuku memanggil orangtua mereka masing-masing.
Alkisah, mereka dulu pertama kali bertemu di sebuah masjid di Kota Temanggung, dan selanjutnya dikenalkan oleh saudara Ibuku. Secara kebetulan (ah bukan, sudah diatur Allah kog dari sana nya) waktu itu Bapak dan Ibu sama-sama tinggal di Jakarta, Bapak bekerja di PLN dan Ibu di Dinas Pertanian. Bertahun-tahun mereka sudah tinggal di propinsi yang sama tanpa saling mengetahui. Hari itu terbongkar sudah, dan itulah awal dari kisah mereka.

Aku tentu tidak akan menceritakan mereka dari hari itu hingga sekarang karena tentu akan amat panjang, dan aku juga takut salah menuliskannya disini (pengetahuanku juga terbatas kan?). Aku tidak tahu apakah setelah itu mereka sering mengalami kebetulan-kebetulan di hari-hari mereka atau tidak. Tapi beberapa hari ini lagi-lagi mereka mengalami kebetulan-kebetulan lagi. Ada 2 jumlahnya. Pertama, hari Selasa saat aku SMS Ibu minta supaya Ibu menemani aku les menyetir. Waktu itu Ibu sedang ke Pamella Swalayan, belanja. Ini parah, Ibu kehabisan pulsa saat itu, nah lo, gimana cara Ibu mengabariku kalau begitu ya. Harus beli pulsa dulu ? Ternyata tidak lho. Kebetulan disaat yang sama Bapak juga sedang ke Pamella Swalayan, ada janji bertemu dengan temannya disana.  Bisa diduga kan endingnya? Tentu diantara ratusan orang yang sedang berbelanja di sana, mereka bertemu. Akhirnya selamatlah Ibu, tidak perlu repot-repot beli pulsa dulu untuk mengabari ku. Ibu SMS aku memakai handphone Bapak. Dalam kasus ini, kebetulan itu : Menguntungkan.

Kedua, semalam. Ketika aku sedang duduk-duduk membaca buku di dekat Ibu yang sedang tidur-tiduran di kursi panjang, tiba-tiba ada suara letupan dari dapur. Ibuku langsung bangkit. Panik mengingat beliau lupa mematikan tungku kompor yang sudah memanaskan sayur Brongkos dari tadi. Pasti gosong. Memang betul gosong, sampai asat kuahnya.Ya sudahlah, aku sih nerima aja, nggak papa gosong. "Kalau sampai sayurnya gosong, dan nggak bisa dimakan lagi ya berarti itu bukan rejeki kita." pikirku, sembari berdoa semoga Allah memberiku daya ingat yang baik sehingga minim kejadian 'gosong' pada masakan-masakanku kelak. Eh, ndilalah tidak sampai 10 menit dari kejadian itu, tiba-tiba (lagi) Bapak berlari panik keluar kamar. Teringat sedang membuat air ion perak dengan generatornya, ditinggal Bapak ketiduran di kamar. Gosong juga, sampai warna airnya menggelap dari standar yang seharusnya. Haha, ada-ada saja Bapak Ibuku. Kog ya, menggosongkan dalam jam yang sama. Senasib yang menggelikan. Bikin aku yang tidak ikut-ikutan jadi panik juga. Kali ini, kebetulan itu : sedikiiit menghibur.

Kebetulan-kebetulan itu sederhana. Sederhana namun mengesankan. Bukan sebuah kebetulan di alam raya ini ada kejadian seperti itu, ada yang merencanakannya, yang telah menge-plot terjadinya di sebuah kota nun kecil bernama Jogja ini. Dan lagi-lagi Allah berkenan menjadikanku saksi kejadian-kejadian sederhana namun mengesankan. Membuatku semakin kagum dengan segala pengaturannya yang serba wah dan wow, yang selalu ada hikmah dibaliknya, yang selalu menorehkan bukti sifat Ar-rohman-Nya, dan semoga semakin memperdalam kecintaanku pada-Nya.

Dan akhirnya, semakin yakin bahwa yang selama ini telah didogma manusia bahwa segala kejadian yang terjadi diluar kontrol dan rencana kita itu disebut dengan kebetulan, adalah bukan kebetulan secara murni, ada Zat yang mengatur di balik itu semua :)

Senin, 27 Januari 2014

Dengarlah, Allah :) Di saat gempa kemarin....

Teringat gempa Kebumen 25 Januari 2014 lalu, ba'da dzuhur, yang kekuatannya juga menggetarkan  bumi Jogjaku.
Satu yang kuyakin, banyak sekali yang menyebut nama-Mu ya Rabb. Mereka menyebut-Mu dengan takut dan pasrah. Engkau mendengar kan, Allah ? Jawabannya tentu 'ya'