Jumat, 10 Juni 2016

O-bi-Ji-Wai-En

Assalamu'alaikum. Akhirnya saya menulis lagi tentang per koas an. Masih sama dengan posting sebelumnya, yaitu stase obgyn. Sekedar tau, stase obgyn merupakan satundari empat stase besar selama rotasi klinis alias koas. Durasinya lumayan lama, 10 minggu, berbeda dengan stase kecil yang berdurasi hanya 4 minggu. Meskipun lama, tapi kalau dilihat dari jumlah penyakit dan tindakan yang harus dikuasai betul-betul oleh seorang koas selama berada di stase ini, maka waktu 10 minggu itu terhitung sebentar. Tapi ya bagaimana lagi, waktu sesingkat ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
-Jaga bangsal jaga poli-
Di obgyn ini, saya pertama kali masuk poli dan jaga bangsal. Bener-bener terasa interaksi dokter pasiennya. Kalau sebelumnya, anes misal, kami langsung masuk kamarnya dan hanya nanya2 ala kadarnya untuk kepentingsn anestesi, sedangkan forensik, anamnesisnya ke keluarga korban serra ke polisi, lebih mirip dengan wawancara dari pada anamnesis.
Untuk jaga poli dan bangsal, tiap koas punya seorang partner yang bakal bareng terus selama ada di sardjito. Koas dan partnernya ini biasa disebut gemeli (kembaran). Nah, tiap gemeli digilir untuk jaga poli dan bangsal dengan adil. Jadi tiap anak mendapat jatah jaga poli dan bangsal yang sama.
Kalau saya sih bergemeli dengan sofhi.
RS Sardjito punya 5 poliklinik obsgyn, 1 pusat kayanan kontrasepsi mantap, dan 3 bangsal obgyn. Jaga poliklinik dilakukan pada jam kerja, sedangkan jaga bangsal selalu ada 24 jam,  dengan sistem shift 12 jam. Pembagian jadwal jaga terserah masing masing kelompok. Untuknjaga malam, saya dan sang gemelli kebagian jaga bangsal sebanyak 11 kali, 6 malam , 5 siang. Jga bangsal paling enak adalah di IMP, karena ruangannya dingin, ya, setidaknya klau hati agak panas setidaknya bisa didinginkan dengan AC. Hehe.
Kegiatan jaga: Jaga bangsal disini sangat amat berbeda dengan jaga UGD yang dulu saya alami waktu stase anestesi dan forensik. Kalau menurut saya sih, jauh lebih enak jaga UGD, karena kami bisa belajar banyak tindakan seperti memasang infus, pasang kateter, rawat luka, belajar manajemen kegawatdaruratan, stabilisasi pasien, dan lain-lain. Nah kalau jaga bangsal sardjito, yang terjadi adalah koas jadi asisten perawat. Cek tensi, respirasi, suhu, nadi, dan balans cairan. Nah untuk jaga bangsal IMP, ini agak lumayan, kami bisa berlatih mempelajari pemeriksaan ibu hamil, dan bisa learning by observing persalinan normal. Sebtulnya banyak protes dari para koas mengenai fenomena koas asisten perawat, tapi entah mengapa seperti tak terdengar oleh pejabat berwenang. Hmm..

Kalau jaga poli.. yaa, agak lumayan mendapat ilmu sih, karena kami bersama dengan residen. Sayang sekali, ilmu2 yg didapat di poli bukan ranah kompetensinya koas untuk menjadi dokter umum. Maklum saja, di RS rujukan nasional ini pasiennya sudah melewati berbagai tingkat rujukan, dan level diagnosisnya tinggi serta sering disertai diagnosis penyerta. Susah susahbkasusnya. Nantilah insyaAllah di RS jejaring kami baru bisa mendapat kompetensi dokter umum. Huft. Sabarrrr saja.

Okedeh, saya mau ngerjain tugas refleksi kasus dulu. Nanti insyaAllah saya mau rutin nulis certa koas. Karena cerita koas indah untuk dikennag, tapi hiks, menyakitkan untuk diulang.

Wassalamu'alaikum,

Semoga kehidupan koas bertambah baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar