Alhamdulillah Romadhon memasuki hari 7 hingga Ahad hari ini. Seperti biasa, kegiatan buka bersama atau yang lebih akrab disebut buber pun menjamur di berbagai komunitas dan kelompok sosial masyarakat. Kenapa ya mesti buber, hehe. Saya sebetulnya heran. Toh buka puasa sebenarnya tinggal buka puasa saja. Bahkan sebenarnya buber ini bisa menjadi salah satu hal yang merugikan bila kita berboros, melanjutkan berbincang-bincang hingga tak terasa waktu sudah menjelang isya, tidak menjaga lisan dari kata-kata yang tidak baik diucapkan dan tak menjaga adab interaksi antar lawan jenis. Nah, ini pintar-pintarnya kita mengatur agenda buber masing-masing.
Buber sebenarnya ada hal positifnya kok. Yaitu, sebagai sarana merekatkan silaturahim antar muslimin, membuat kita merasakan indahnya persaudaraan berbalut ukhuwah, dan syukur-syukur sebagai sarana mendapatkan ilmu yang baik dan bermanfaat, jika ada pembicaranya. Mengesampingkan manfaat lain buber yaitu dapat makan gratis kadang-kadang, hehe
Tiap tahun biasanya berbeda kelompok yang mengadakan buber. Kalau dulu waktu SD, SMP, SMA ada buber resmi yang diadakan sekolah. Nah, seiring dengan lulusnya saya dari tiap-tiap jenjang pendidikan, mulailah bermunculan buber alumni SD, SMP, SMA. Bahkan buber SMP dan SMA bisa ada 2, buber angkatan dan buber kelas. Begitu lulus SMA, mulai deh muncul buber aneh-aneh. Buber kelas les bahasa, buber kelompok tutorial kuliah tahun1, tahun 2, tahun 3, dan buber kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa.
Jogja Berlimpah Takjil Gratis
Baru saat kuliah saya tahu bahwa kota saya ini sangat melimpah takjil gratisnya, hehe. Kirain cuma di masjid kampung saya aja. Ternyata lumayan juga lho takjil gratisnya, bisa menolong kondisi teman-teman saya yang terkondisikan untuk berpuasa romadhon dalam perantauan, atau bagi orang non rantau yang belum mendapatkan makanan berbuka hingga adzan maghrib tiba. Contohnya saya sendiri, hehe. Masuk jaga malam jam 5 sore, pihak rumah sakit tidak menyediakan makanan ifthar (berbuka), sementara uang untuk beli makan lupa saya bawa, untung ada takjil dari masjid Mardliyyah di samping rumah sakit. Tidak main-main, ratusan porsi disediakan sekaligus, hasil kerjasama panitia dengan para donatur. MasyaAlah, luar biasa bingit para donatur. Semoga amal ibadah beliau-beliau itu diterima Allah.
Duh jadi ingat saat romadhon di Bangkok dulu. Setiap masjid yang ada di bangkok selalu menyajikan takjil dengan khas setiap hsrinya hingga malam lebaran. Setiap menu ditaruh pada nampan besar untuk dimakan beramai-ramai. Mirip-mirip orang arab. Dan menunya, beuh.. ntaps. Mulai dari es buah, kue-kue khas thailand, nasi lauk pauk, hingga minuman. Di KBRI pun tiap sabtu ada buber juga, menunya Indonesia dan dengan cara Indonesia. Maksudnya, ya tidak pakai cara orang arab gitu. Pernah juga dua kali buber dengan teman-teman muslim Thailand selatan disini, bahkan pernah juga diajak buber dengan keluarga besarnya teman saya Kip, koas di Siriraj Hospital. Pingin lagi ah, kapan-kapan romadhon di Bangkok. Kangen. Kangen.
Dan romadhon tahun ini agaknya mirip-mirip dengan tahun lalu. Dulu sedang exchange di bag obsgyn, sekarang juga di obsgyn, tapi koas bukan exchange. Dulu empat minggu di Bangkok, sekarang 3 minggu dihabiskan di Muntilan dan Banjarnegara. Sama-sama sering jauh dari orang tua. Sama-sama lebaran di kota orang. Tapi, saya berharap semoga setidaknya ada yang berbeda di tahun ini. Yaitu semoga Allah lebih menyenangi saya yang sekarang daripada yang dulu. Semoga ya. Semoga. Aamiin..
Selamat berpuasa dan berlebaran di kota orang im :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar