Minggu, 14 Agustus 2016

Petuah Sepupu Rasulullah

"Tuntutlah ilmu, karena dengan itu kaliaan menjadi orang yang mengerti. Amalkanlah ilmu, karena dengan itu kalian akan menjadi ahlinya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya dunia ini akan pergi menjauh, sedangkan akhirat makin mendekat, dan masing-masing mempunyai anak buah dan pengikut-pengikutnya. Oleh sebab itu, jadilah kalian pengikut akhirat dan sekali-kali jangan menjadi pengikut dunia"

'Ali ibn Abu Thalib 

Sabtu, 13 Agustus 2016

Katanya Cinta

Katanya cinta,
Tapi tidak menyukai yang disenangi Yang Dicintai,
Katanya cinta,
Tapi berpaling dari panggilan kecintaan-Nya,
Menunda-nunda untuk bersyujud syahdu keharibaan-Nya,
Katanya cinta,
Tapi meninggalkan sunnah utusan-Nya
Bagaimana bisa dibilang cinta?
Bagaimana?


Ataukah cinta itu goyah?

Rabu, 10 Agustus 2016

Bandung part 1














Kamis, 28 Juli lalu, selepas ujian akhir stase Obgyn, tiba-tiba ibu mengajakku ke Bandung tanggal 2-4 Agustus. Ibu ada tugas kantor seperti biasa, cuman karena tau aku ada libur sepekan sebelum masuk stase berikut, ya sudah sekalian aku diajak. Aku malah seneng banget. Hehe. Maklum, belum pernah ke Bandung samsek.

Lokasi wisata incaran::
Hhmm, ya sebenernya sih pengen bisa ke lokasi yang jauh-jauh dari pusat kota seperti Tebing Keraton, Kawah Ciwidey, Tangkuban Perahu, dan Lembang. Tapi berhubung kondisi yang tak memungkinkan, maka mau tak mau lokasi-lokasi yang masuk dalam list kunjungan kali ini terbatas di dalam kota saja.

Dari hasil web surfing serta kepo-kepo Pakdhe Google, ternyata (kelihatannya) banyak juga kok lokasi yang bisa dikunjungi dindalam Kota Bandung, dan kebanyakan relatif dekat dengan penginapan kami di Jalan Merdeka. Ya lumayan, masih terjangkau dengan jalan kaki. Ada Masjid Raya Bandung dan alun-alun, ada ITB, taman-taman tematik, sepanjang jalan Braga yang katanya khas itu, Gedung Sate, Pasar Baru, dan lain-lain.

Hari H keberangkatan - 1 Agustus
Kami kerangkat dengan kereta Turangga yang dijadwalkan berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta pada pukul 21.28. Hmm, oke lah, masih malem. Sorenya masih sempet laporan ke mbak admin bagian Radiologi dan makan bareng Azka, sobat aku sejak SMP, sampe maghrib. Oh ya, akhirnya doi nyusul aku wisuda di periode Agustus 3 pekan lagi, dan sudah resmi jadi sarjana teknik sejak Juni lalu. MasyaAllah, cepet banget dah dia lulusnya, anak teknik kan biasanya gak cepet-cepet amat. Yang lebih mengharukan nih, besok dia resmi mulai kerja di salah satu kantor Arsitektur di Sleman. A lot of my friends already have jobs. And me, here, still enjoying my clinical clerkship. Haha. Gue terharu dengan pencapaian mereka.

Barakallah atas kelulusannya az

Back to topic.. baru pulang ke Rumah jam 19.00.. aku dan ibu langsung siap-siap berangkat. Bawaan ima ringan, tapi bawaan ibu yang berat. Pake bawa laptop dan buku-buku segala soalnya.

Setelah siap semuanya, kami berangkat ke Stasiun diantar Bapak jam 20.45. Di st Tugu sebelah utara ternyata sekarang ga boleh parkir, jadi kami hanya di-drop Bapak. Sampai di Tugu jam 21.05, pamitan sama Bapak, terus masuk ke dalam stasiun. Sambil nunggu kereta, aku nyoba kursi pijat di ruang tunggu. Harganya rp10.000/10 menit. Mayanlah pijetan dulu ngilangi capek karena blom sempat istirahat sore. Lumayan kok.

Keretanya telat. Alhamdulillah telatnya ga nyampe hitungan jam. Sekitar 15 menit lebih lambat dari jadwal, akhirnya sampe deh keretanya dan keberangkatan kami pun dimulai. Di kereta, alhamdulillah bisa tidur, walopun kebangun-bangun.. Perjalanan di kereta kurang lebih 9-10 jam. Agaknya kereta tak bisa melaju kencang maksimal karena beberapa kali berhenti di beberapa stasiun kota-kota yang dilalui.

Pukul 5.30 kami sampai di Stasiun Bandung, iya, akhirnya setelah 22 tahun kurang 24 hari, ima menginjakkan kakinya juga di kota kembang. Ya kalo ini untungnya gak molor dari jadwal sih.

Di Stasiun Bandung

Begitu turun dari kereta, srrr, angin berhembus dingin. Aku mengira stasiun ini begitu mewahnya, sampai-sampai, keretanya pun terparkir di ruangan berAC. Ternyata dugaanku prasangka yang salah, hehe.Itu hawa dingin asli Bandung yang memang dingin. Sip lah, tak perlulah aku kepanasan disini. Sebelum keluar stasiun untuk ke penginapan, ibu beli sarapan buat berdua di stasiun, p*p mie, sosis goreng, dan kopi. Semuanya dusajikan panas-panas. Sangt cocok menemani pagi yang dingin di kota kembang.

Pop mie dan secangkir kopi panas di pagi hari yang dingin
Transport ke penginapan
Sebelum berangkat, Bapak sudah mewanti-wanti supaya kami tidak naik taksi. Kami disuruh naik GoCar ato Uber saja. Oh ya, sebetulnya penginapan kami hanya berjarak sekilo meter dari stasiun. Jalan bisa juga sebetulnya kalau bawaannya ringan, tapi tas ibu beraat sekali, ima yang membawakan tas juga nggak kuat kalau disuruh jalan sekilo. GoCar gagal dipanggil, tak ada drivernya sekitar sini. Uber ternyats belum terinstal di hape ibu. Hapeku entah kenapa belum berhsil terinstal.Akhirnya kami nyarter angkot buat ke penginapan seharga 25ribu atas indikasi gagal menemukan jurusan angkot yang tepat sampai tujuan. Tidak terlalu mahal sih, namun kan lumayan selisih harga 19ribu dibanding jika naik angkot tarif normal. Selisihnya bisa untuk naik angkot berkali-kali. Tapi sudahlah, agaknya ibu berniat menyalurkan rejeki ke pak supir itu.

Jalan-jalan pagi
Ternyata baru pukul 7 ketika kami sampai di penginapan, 5 jam lebih awal dari jadwal check-in. Daripada melongo, ndomblong nunggu check in, mending keliling dulu. Alhamdulillah penginapan kami terletak cukup di tengah kota. Kami memutuskan pergi ke situs terdekat yang nge-hits banget, yaitu alun-alun dan Masjid Raya. Hanya berjarak 1,1 kilo menirut gmap. Dalam jarak segitu, insyaAllah ibu masih kuat lah jalan kaki. Tak perlu naik angkot yang justru malah lebih jauh dan resiko ngetem, kami pun ke alun-alun dengan jalan kaki.

Untuk ke Alun-alun, kami melewati jalan Braga. Pada jam 7.30, masih lengang kendaraan, dan belum ada mobil yang parkir di sepanjang jalan. Toko-toko dan kantor-kantor pun belum ada yang buka. Jalanan braga nampak anggun dimataku. Seperti jalanan di Eropa kata ibu. Badan jalan dibuat dari batu-batu persegi bukannya aspal. Sepanjang jalan ada bangku panjang, tempat yang asik untuk duduk menikmati suasana selagi sepi. Bahkan, bangunannya pun, sepertinya mirip-mirip tipenya, seperti bangunan zaman belanda dulu. 



Fotonya ibu semua, ima ngumpet dulu


Menurut petugas parkir setempat, ke Masjid Raya lebih dekat jika melalui jalan kampung. Jadi sebelum jalan braga berakhir, kami menyeberang jalan dan masuk ke gang sempit hingga mencapai ujung jalannya.. 
Bagian pangkal jalan tikus yg kami lewati. Tampak beberapa warung. Pagi itu jlannya sepi, andai saja disuruh jalan sendiri, mungkin aku tidak akan mau lewat jalan ini.

Semakin masuk gang, adanya rumah-rumah warga.. 

Ada sungai membelah jalan. Entah apa namanya, apakah sungai alami atau buatan. Sungai yang sama dengan yang ada di sepanjang timur Jl Cikapundung. Sayang sekali airnya berwarna coklat, coba kalau agak jernih, layak difoto.
Ibu di tengah-tengah jembatan. 
Selepas kami keluar dari gang tikus tersebut, sampailah kami di pinggir jalan besar. Ramai sekali jalannya, berbeda dengan jalan Braga Tadi. Kalau di googlemap namanya Jalan ABC/ jalan naripan. Untuk melanjutkan perjalanan ke Masjid Raya, kami menyebrperang jalan dari sisi utara jlan ABC menuju ke jalan Cikapundung. Jl Cikapundung itu ada di tepian sungai. Sungai yang sama dengan gambar di atas. Di pinggir jalan, pada sisi yang menghdap sungai ada banyak pedagang kaki lima yang menggelar tenda mereka. Berjualan makan. Ah sebenarnya sayang sekali pemandangan tersebut. Alangkah indahnya jika di pinggir sungai tersebut dihiasi taman yang indah, seperti halnya yang banyak terdapat di tepi Chao Phraya di Bangkok.

Kami terus menyusuri jalan Cikapundung. Perjalanan tak terasa hingga tiba-tiba kami sudah sampai di ujung jalan Cikapundung, sebuah pertigaan yang sangat ramai. Di googlemap, jalan diSangat padat kendaraan, namun semuanya ngebut. Dari sisi utara pertigan, saya melihat dinding yang kereen, ini nih..



Juga ada Tugu Asia Afrika



Tidak jauh dari tugu tersebut, kalauntidak salah di depan Gedung Asia Afrika, trotoarnya juga cantik sekali. Disusun kursi-kursi panjang terletak saling paralel satu sama lain, kemudian di tepi jalan diberi banner-banner bapak negara, Ir Soekarno. Kalau ibu bilang, itu seperti di Eropa.


Sebetulnya dari sekitar bangku itu Menara Masjid Raya juga sudah terlihat. Waah..

Dan akhirnya aku dan Ibu sampai di Masjid Raya Bandung.


Rumput hijau membentang itu taklain adalah rumput imitasi. Kita harus melepas sepatu dulu kalau mau menginjaknya.

Terlihat beberala orang beraktivitas di alun-alun masjid. Ada yang sekedar berfoto-foto, menikmati udara pagi, anak anak bermain dan berlarian, juga ada sekelompok siswa sekolah yang sedang ada jadwal pelajaran penjaskes. 

Tetapp ya. Selfie. Mohon maaf lahir dan batin.

Kombinasi yang baik antara langit cerah, masjid indah, dan halaman yang tertata rapi

Semedi di tengah karpet rumput

Terdapat playground di tepian alun-alun Masjid Raya Bandung

Mencoba masuk masjid, barangkali bisa menunaikan barang dua rokaat shooat tahiyatul masjid. Ealah, rupanya masjidnya penuh nuh jamaah dzikir, lupa nama persatuannya apa.
Berhubung tidak bisa sholat di dalam Masjid Raya, kami pun berniat caw dari sana menuju destinasi lain. ITB, Institut Teknologi Bandung. ITB ini adalah situs penting bagiku, mengapa? Karena disanalah tempat Bapak kuliah, mengenyam ilmu perlistrikan juga ilmu kehidupan. Sebagian idealisme dan prinsip hidupnya tumbuh di kampus tersebut. Maka, tanpa Allah menghadirkan Bapak di ITB, mungkin pribadi seorang ima akan berbeda sekarang. Fix, Itebe adalah tempat yang harus ima kunjungi.

Dari Masjid Raya naik taksi ke ITB. Iya, taksi. Sangat bukan gaya backpacker ya? Hehe. Ya, kan sama Ibu. Ibu ngga boleh kecapean ngebolang cari angkot ke ITB. Selain itu, memang waktunya mepet dengan mulainya acara ibu di Jalan Merdeka, jadi taksi adalah moda yang terpilih.

Tak berselang lama, kamipun dapat taksi. Dan si Ibu tetiba langsung berinisiatiff bilang ke pak supir, "Pak, mampir Gedung Sate ya?" Dan si Pak Supir pun mengiyakan. Ulalaa, boleh juga lah, aku kan penasaran bentukannya gedung Sate. Sambil taksi melaju, sambil aku cek rutenya dj Google Map, ya, ngecek aja gitu, biar tau rute dan lokasinya. Dan sesampainya di depan Gedung Sate, maak, ternyata dilarang stop. Tapi Pak Sopir tetap aja menurunkan ka i disana. Gak papa katanya, asal bentar saja. Oke pak, kami menyanggupi. Aku dan Ibh turun, menikmati sekilas. Oooh, ini tho Gedung Sate yang terkenal itu, lalu cekrek-cekrek, selfie. Hehe. Gimana lagi, dokumentasi perjalanan adalah sesuatu yang perlu. Selain itu waktu kami memang sempit, setelah dhuhur harus sudah sampai di penginapan karena acara ibu akan segera mulai jam 13.00.




Setelah dirasa cukup, tidak sampai tiga menit pun kami langsung masuk taksi lagi. Hmm, sebenernya gak asik nih kalau buru-buru. Ya, mungkin kapan-kapan  kalau selow waktunya bisa diulang lagi kesananya. Selanjutnya, hanya 5 menit saja, atau bahkan kurang, kami sudah sampai ITB.

Di depan gerbang masuknITB, ada semacam tugu kecil, di bawahnya tertulis Institut Teknologi Bandung. Ibu protes, kok ukurannya kecil sekali. Orang bisa nggak mengetahui klau itu ITB. Hm, Ibu, mungkin saja yang bangun tugu itu tidak ingin tercipta kesan angkuh dari tulisan yang besar-besar itu. Bisa jadi kan? Memang disamakan dengan UGM? Hihihi

Setelah foto di depan gerbang, kami tidak serta merta memasuki bagian dalam kampus ITB. Masjid Salman dulu ah, masjid yang digadang-gadang memiliki keunikan berupa tidak adanya kubah, dan tiang penyangga ditengahnya itu. Halamannya lumayan luas. Kamar mandinya luas, puas buat wudhu. Jamaah yang hendak sholat ambil mukenah di loket mukena (hehhe, aku menybutnya loket). Bagi jamaah putra, kalau mau mengeringkan bekas air wudhu di badan, bisa ambil kain yang disediakan oleh petugas sana. Pengunjung bisa ambil teh anget gratis. Ada kantin yang makanannya lengkap. Ada semacam kantor dan kantor takmir gitu. Hmm, kalau tidak salah juga ada asramanya disana.
Di Masjid Salman, a



Begitu sampai ITB, kami disambut oleh Petrea volubilis yang bermekaran indah di gerbang masuk ITB. Di tengah-tengah jalan masuk ke ITB, ada semacam tug




Minggu, 07 Agustus 2016

Stase baru: Radiologi

Akhirnya 1 pekan liburan panjang nan membahagiakan sempet buat jalan-jalan ngebolang di Bandung   resmi berakhir di hari Ahad, 7 Agustus ini. Ya. Berusaha me-move on-move on kan diri dari libur nih. Alhamdulillah liburnya hanya 7 hari. Dan kabar gembiranya stase ke 4 ini adalah Radiologi.. yang kerjaannya mempelajari röntgent, MRI, CT scan, dan lain-lain. Selama 4 pekan ini saya Alhamdulillah hanya akan tugas di Sardjito saja. Tidak ada stase luar Sardjito untuk radiologi. Dan kabarnya ini termasuk stase yang selooow. Pulang terlarut saja jam 18 petang kecuali bagi koas maniak kompetensi yang doyan nimbrungin kasus 24x7 jam tentunya.. katanya temen ane loh ya. Hehe.

Anyway.

Bismillah mbak siiiis. Semoga barokah dan ilmunya tidak mudah dilupakan seperti ilmu di S1 dulu. Barakallah koass radiologi. Keep your spirit!! 

Kau bukan pengkhianat

Siapa yang tidak mendamba dapat mencetak anak-anak sholihin dan shalihat yang terlahir dari rahim sendiri. Yaitu generasi-generasi yang membebaskan muslimin dari keterpurukan. Generasi yang senantiasa menjadikan Allah di hatinya. Gennerasi yang menjaga quran di dadanya. Yang senantiasa menjadikan Pribadi Rasulullah SAW sebagai panutannya.

Namun, mengapa amalan segitu-segitu saja, justru ilmu tidak nambah. Maka ini lebih mirip seperti pengkhianatan terhadap mimpi sendiri.

Duh.
Ayo bangkitlah.

Jangan sekedar koass im.

#Karena kau bukan pengkhianat mimpimu sendiri

Jumat, 05 Agustus 2016

Heran

Maka sungguh heran nya diriku,
Juga terkejut, mungkin.
Bilamana teralihnya pandangan dari yang tidak tepat,
adalah satu hal memukau.
Mengapa orang justru memilih untuk tidak memukau (lagi),
Atau mungkin terlupa
Entahlah


Yogya, 5 Agustus 2016
Aku yang terlampau heran dan kaget


Selasa, 02 Agustus 2016

Nikahan mba fitri

Alhamdulillah, setelah sekian lama akhirnya sepupu saya mbak Fitri mengakhiri masa lajangnya kemarin, Ahad, 31 Juli 2016 dengan mas Ikrom.

 بارىك الله لكما و بارك علىىكما و جمع بىنكما فى خىر
Sungguh aku bahagia banget akhirnya bisa mengucapkan itu ke mbak fitri. Sebelum mbak Fitri, di bulan Juli ini, tepatnya 10 Juli lalu, dek Anin juga melangsungkan pernikahannya dengan mas Pram . Benar-benar kabar yang membahagiakan seantero keluarga Mbah Soeali Dwidjo Soeharto.