----
- Mahasiswa membuat akun pendaftaran di laman http://um.ugm.ac.id/admisi/
- Screenshoot pendaftaran dikirimkan ke bagian Akademik FK UGM atau dikirim ke email bag. Akademik disertai dengan konfirmasi melalui Whatsapp pada nomer 08*************.
- Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM akan mengaktivasi akun tersebut. Setelah diaktivasi, mahasiswa melakukan pendaftaran secara online dengan mengisi sejumlah borang (formulir) dan mengunggah sejumlah scan/file dokumen yang dipersyaratkan.
- identitas diri berfoto ( KTP, SIM, Paspor), dan foto yang diunggah tentunya
- data identitas: nama, tempat tanggal lahir, nomor identitas, masa berlaku identitas, kontak, alamat, dan nama ibu kandung.
- riwayat pendidikan S1 (asal universitas, asal prodi, akredetasi prodi (FK UGM: A), jumlah SKS, dan IPK
Scan dokumen yang perlu diunggah
- Scan Surat Keterangan Lulus Yudisium S1
- Scan Transkrip Nilai S1
- Scan Surat Keterangan Dokter yang menyatakan bahwa calon peserta dalam keadaan sehat. SKD ini harus berasal dari Puskesmas atau rumah sakit.
Nah, setelah pengisian formulir dan unggah dokumen selesai, tahap berikutnya adalah penguncian data. Pada masa saya mendaftar, saya dan teman-teman sempat bingung dan panik karena sebenarnya ada 2 jenis scan dokumen lagi yang menurut pengumuman prodi dibutuhkan, eh ternyata tidak ada fasilitas pengunggahan dokumen tersebut di laman pendaftaran online. Setelah tanya kanan kiri dan juga pihak akademik, dapat lah kami jawabah bahwa dokumen tersebut tidak perlu diunggah. Oke, sip lah. Saya bisa mengunci data dengan tenang.
Tahap selanjutnya adalah pembayaran.
Ini nih luar biasa formalitas aja, pembayaran ini sebenarnya hanya akan di bypass oleh DPP karena kami sudah bayar SPP semester 8. Tahap ini ada untuk memindahkan uang yang telah kami bayar tersebut dari yang sebelumnya atas Nomor Induk Mahasiswa (NIM) selama sarjana ke NIM profesi kami yang baru. Di halaman pembayaran dituliskan Rp 0. Kami diminta membayar sejumlah nominal tersebut (NOL) pada bank-bank mitra UGM (nah gimana coba bayar nol rupiah?) Ternyata ada banyak perbedaan versi nasib pada status pembayaran kami. Ada yang bayar di ATM dengan kode pembayaran tertentu yang diminta sistem pendaftaran, dan setelah dicek di sistem online, statusnya sudah dibayarkan. Ada yang begitu juga tapi statusnya masih saja belum terbayarkan setelah berhari-hari. Ada juga yang tidak pakai bayar nol rupiah itu ke ATM dan statusnya langung terbayarkan. Yah, itulah sistem, masih banyak kekurangannya. Tapi okelah, karena itu formalitas. Semoga kelak tidak demikian lagi, dan lebih baik. Kasihan para pendaftar, banyak yang panik.
Cetak kartu peserta pendaftaran.
Setelah status pembayaran kami tertulis 'sudah dibayar' maka selanjutnya kami dapat mencetak kartu pendaftar yang otomatis dapat diunduh pada link di halaman pendaftaran.
Terakhir: tunggu pengumuman, kira-kira dua minggu setelahnya.
Pertanyaan: Begitu sajakah pendaftarannya hingga kami tiba-tiba disebut dokter muda (koas)? Ternyata tidak saudara-saudara. Tunggu kelanjutannya yaa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar