Senin, 05 Desember 2011 23:46 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Sekelompok ilmuwan CTech Laboratory, sebuah lembaga riset yang berafiliasi dengan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), berhasil menemukan alat pembasmi kanker otak.
"Ini sebuah terobosan di dunia kedokteran yang telah berhasil dilakukan ilmuwan Indonesia," kata pimpinan tim peneliti CTech Laboratory, Dr Warsito P. Taruno, melalui surat elektronik di Bogor, Jawa Barat, Senin.
Ia mencaat, "Ini pengembangan alat dari riset kami di bidang tomografi, setelah alat pembasmi kanker payudara, kami berhasil mendesain alat pembasmi kanker otak." Ia menyampaikan hal itu usai memberikan pemaparan dalam Temu Ilmiah Nasional Masyarakat Imuwan dan Teknolog Indonesia (Temilnas MITI) wilayah Sumatera Bagian Utara di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selain itu, dia pun mengemukakan, temuan tersebut menggunakan prinsip yang sama pada alat pembasmi kanker payudara, yaitu menerapkan metode radiasi listrik statis, temuan itu, kata dia, telah diujicoba oleh seorang pasien penderita kanker otak kecil.
"Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh total. Saya baru mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim dokter rumah sakit," kata Ketua Umum MITI itu.
Kesuksesan tim dari CTech yang didukung oleh perusahaan Edwar Technology ini dipaparkan dalam forum pertemuan yang dihadiri tidak kurang dari 1.500 peserta dari berbagai kampus di Sumut, Sumatera Barat dan Aceh.
Dalam seminar yang juga menghadirkan mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, dan staf pengajar Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Yani Absah, Warsito menceritakan proses terapi dari pasien penderita kanker otak kecil (cerebellum) yang saat pertama datang dalam kondisi yang mengenaskan.
"Karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuh, maka pasien sudah tak bisa menggerakkan seluruh ototnya. Dia hanya bisa terbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman yang diasupkan ke mulutnya," katanya.
Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan diagnosis dokter.
Dalam terapi ini, Warsito menjelaskan, pihaknya memang bekerjasama dengan tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di Jakarta.
"Reaksi positif sudah kami peroleh dalam beberapa hari pemakaian. Pasien sudah bisa tersenyum dan sepekan kemudian sudah bisa menerima asupan makanan dan minuman dari mulutnya. Kondisi semakin membaik dalam waktu sebulan karena ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Dan, puncaknya, dua bulan setelah terapi, pasien dinyatakan sembuh total dari kanker otaknya," katanya.
Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.
Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya.
"Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal," katanya.
Warsito mengakui bila ini masih dalam taraf penelitian yang perlu dielaborasi lebih jauh. "Perlu kajian dan penelitian lebih lanjut. Mungkin ada hal-hal yang kami belum ketahui, khususnya dalam dunia medis," katanya.
Sementara, mantan Menristek Suharna Surapranata menyambut baik temuan dari tim CTech dan MITI ini.
Menurut dia, perlu kajian lebih lanjut dan partisipasi banyak pihak yang berkepentingan guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
"Kalau mendengar paparan beliau, saya kira ini satu hal yang luar biasa dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah. Juga para pemangku kebijakan dari bidang kesehatan agar hasil penelitian dan penemuan ini memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia dan dunia," demikian Suharna Surapranata.
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Sekelompok ilmuwan CTech Laboratory, sebuah lembaga riset yang berafiliasi dengan Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), berhasil menemukan alat pembasmi kanker otak.
"Ini sebuah terobosan di dunia kedokteran yang telah berhasil dilakukan ilmuwan Indonesia," kata pimpinan tim peneliti CTech Laboratory, Dr Warsito P. Taruno, melalui surat elektronik di Bogor, Jawa Barat, Senin.
Ia mencaat, "Ini pengembangan alat dari riset kami di bidang tomografi, setelah alat pembasmi kanker payudara, kami berhasil mendesain alat pembasmi kanker otak." Ia menyampaikan hal itu usai memberikan pemaparan dalam Temu Ilmiah Nasional Masyarakat Imuwan dan Teknolog Indonesia (Temilnas MITI) wilayah Sumatera Bagian Utara di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selain itu, dia pun mengemukakan, temuan tersebut menggunakan prinsip yang sama pada alat pembasmi kanker payudara, yaitu menerapkan metode radiasi listrik statis, temuan itu, kata dia, telah diujicoba oleh seorang pasien penderita kanker otak kecil.
"Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh total. Saya baru mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim dokter rumah sakit," kata Ketua Umum MITI itu.
Kesuksesan tim dari CTech yang didukung oleh perusahaan Edwar Technology ini dipaparkan dalam forum pertemuan yang dihadiri tidak kurang dari 1.500 peserta dari berbagai kampus di Sumut, Sumatera Barat dan Aceh.
Dalam seminar yang juga menghadirkan mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, dan staf pengajar Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Yani Absah, Warsito menceritakan proses terapi dari pasien penderita kanker otak kecil (cerebellum) yang saat pertama datang dalam kondisi yang mengenaskan.
"Karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuh, maka pasien sudah tak bisa menggerakkan seluruh ototnya. Dia hanya bisa terbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman yang diasupkan ke mulutnya," katanya.
Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan diagnosis dokter.
Dalam terapi ini, Warsito menjelaskan, pihaknya memang bekerjasama dengan tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di Jakarta.
"Reaksi positif sudah kami peroleh dalam beberapa hari pemakaian. Pasien sudah bisa tersenyum dan sepekan kemudian sudah bisa menerima asupan makanan dan minuman dari mulutnya. Kondisi semakin membaik dalam waktu sebulan karena ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Dan, puncaknya, dua bulan setelah terapi, pasien dinyatakan sembuh total dari kanker otaknya," katanya.
Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.
Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya.
"Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal," katanya.
Warsito mengakui bila ini masih dalam taraf penelitian yang perlu dielaborasi lebih jauh. "Perlu kajian dan penelitian lebih lanjut. Mungkin ada hal-hal yang kami belum ketahui, khususnya dalam dunia medis," katanya.
Sementara, mantan Menristek Suharna Surapranata menyambut baik temuan dari tim CTech dan MITI ini.
Menurut dia, perlu kajian lebih lanjut dan partisipasi banyak pihak yang berkepentingan guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
"Kalau mendengar paparan beliau, saya kira ini satu hal yang luar biasa dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah. Juga para pemangku kebijakan dari bidang kesehatan agar hasil penelitian dan penemuan ini memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia dan dunia," demikian Suharna Surapranata.
"Ini sebuah terobosan di dunia kedokteran yang telah berhasil dilakukan ilmuwan Indonesia," kata pimpinan tim peneliti CTech Laboratory, Dr Warsito P. Taruno, melalui surat elektronik di Bogor, Jawa Barat, Senin.
Ia mencaat, "Ini pengembangan alat dari riset kami di bidang tomografi, setelah alat pembasmi kanker payudara, kami berhasil mendesain alat pembasmi kanker otak." Ia menyampaikan hal itu usai memberikan pemaparan dalam Temu Ilmiah Nasional Masyarakat Imuwan dan Teknolog Indonesia (Temilnas MITI) wilayah Sumatera Bagian Utara di Kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selain itu, dia pun mengemukakan, temuan tersebut menggunakan prinsip yang sama pada alat pembasmi kanker payudara, yaitu menerapkan metode radiasi listrik statis, temuan itu, kata dia, telah diujicoba oleh seorang pasien penderita kanker otak kecil.
"Alhamdulillah, setelah pemakaian dua bulan pasien dinyatakan sembuh total. Saya baru mendapat salinan hasil CT-Scan otak pasien oleh tim dokter rumah sakit," kata Ketua Umum MITI itu.
Kesuksesan tim dari CTech yang didukung oleh perusahaan Edwar Technology ini dipaparkan dalam forum pertemuan yang dihadiri tidak kurang dari 1.500 peserta dari berbagai kampus di Sumut, Sumatera Barat dan Aceh.
Dalam seminar yang juga menghadirkan mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, dan staf pengajar Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Yani Absah, Warsito menceritakan proses terapi dari pasien penderita kanker otak kecil (cerebellum) yang saat pertama datang dalam kondisi yang mengenaskan.
"Karena otak kecil sebagai pengendali sistem motorik tubuh, maka pasien sudah tak bisa menggerakkan seluruh ototnya. Dia hanya bisa terbaring dan tak mampu bergerak, termasuk menelan makanan atau minuman yang diasupkan ke mulutnya," katanya.
Tim peneliti kemudian merancang perangkat yang disesuaikan dengan diagnosis dokter.
Dalam terapi ini, Warsito menjelaskan, pihaknya memang bekerjasama dengan tim dokter ahli radiologi dan onkologi dari sebuah rumah sakit besar di Jakarta.
"Reaksi positif sudah kami peroleh dalam beberapa hari pemakaian. Pasien sudah bisa tersenyum dan sepekan kemudian sudah bisa menerima asupan makanan dan minuman dari mulutnya. Kondisi semakin membaik dalam waktu sebulan karena ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Dan, puncaknya, dua bulan setelah terapi, pasien dinyatakan sembuh total dari kanker otaknya," katanya.
Ia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.
Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, kata dia, juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya.
"Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal," katanya.
Warsito mengakui bila ini masih dalam taraf penelitian yang perlu dielaborasi lebih jauh. "Perlu kajian dan penelitian lebih lanjut. Mungkin ada hal-hal yang kami belum ketahui, khususnya dalam dunia medis," katanya.
Sementara, mantan Menristek Suharna Surapranata menyambut baik temuan dari tim CTech dan MITI ini.
Menurut dia, perlu kajian lebih lanjut dan partisipasi banyak pihak yang berkepentingan guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
"Kalau mendengar paparan beliau, saya kira ini satu hal yang luar biasa dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah. Juga para pemangku kebijakan dari bidang kesehatan agar hasil penelitian dan penemuan ini memberi manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia dan dunia," demikian Suharna Surapranata.